Minggu, 25 Maret 2018

Tugas 1 Perekonomian Indonesia


Pendapatan Perkapita
                   Pendapatan Per Kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita ini adalah salah satu tolak ukur kemakmuran dari suatu negara. Negara yang memiliki nilai pendapatan nasional yang tinggi belum tentu lebih makmur bila dibandingkan dengan negara yang berpendapatan rendah dikarenakan jumlah penduduk pun menentukan tingkat kemakmuran dari negara tersebut. 

                Maka dari itu meski suatu negara memiliki pendapatan nasional yang tinggi namun jumlah penduduk nya sangat banyak maka belum tentu negara tersebut dimasukan sebagai kelompok negara makmur. Begitu pun sebalik nya, bila pendapatan nasional suatu negara kecil tapi jumlah penduduk nya sedikit maka belum tentu negara tersebut miskin, malah bisa saja negara tersebut tergolong sebagai negara yang makmur. 

                Badan Pusat Statistik (BPS) mempubikasikan, bahwa pertumbuhan ekonomi pada 2016 yang mencapai 5.02% mencatatkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Berlaku tercatat sebesar Rp 12 406 809.8 milyar dan pendapatan per kapita di Indonesia mencapai Rp 47,96 juta.

         Realisasi Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga tersebut meningkat jika dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun-tahun sebelumnya. Pada 2010, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai Rp 6 864 133.1 milyar dengan pendapatan per kapita mencapai Rp 28,78 juta. Sedangkan pada 2011 Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai Rp 7 831 726.0 milyar dengan pendapatan per kapita mencapai Rp 32,36 juta.  
 
Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku, 2010-2016

Rincian
2010
2011
2012
2013
2014
2015*
2016**
Produk Domestik Bruto (miliar rupiah)
6 864 133,1
7 831 726,0
8 615 704,5
9 546 134,0
10 569 705,3
11 531 716,9
12 406 809,8
Produk Domestik Bruto per kapita (ribu rupiah)
 28 778,2
 32 363,7
 35 105,2
 38 365,9
 41 915,9
 45 140,7
 47 957,4
Produk Nasional Bruto (miliar rupiah)
6 681 362,2
7 614 833,3
8 372 511,5
9 260 807,8
10 215 312,2
11 153 394,9
11 986 721,6
Produk Nasional Bruto per kapita (ribu rupiah)
 28 011,9
 31 467,5
 34 114,3
 37 219,2
 40 510,5
 43 659,8
 46 333,6
Pendapatan Nasional (miliar rupiah)
5 172 926,0
5 967 173,9
6 510 395,3
7 188 558,5
7 911 932,2
8 428 985,8
9 411 096,0
Pendapatan Nasional per kapita (ribu rupiah)
 21 687,7
 24 658,7
 26 527,0
 28 890,8
 31 376,0
 32 995,1
 36 377,7
Jumlah penduduk pertengahan tahun 1 (juta orang)
  238,5
  242,0
  245,4
  248,8
  252,2
  255,5
  258,7
 
Laju Inflasi

           Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. 

           Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding dengan negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain mengalami tingkat inflasi di antara 3 - 5 persen per tahun pada periode 2005 - 2014, Indonesia memiliki rata-rata tingkat inflasi tahunan sekitar 8,5 persen dalam periode yang sama. Di bawah ini kami mendiskusikan mengapa tingkat inflasi Indonesia agak tinggi (dibanding negara berkembang lain dan negara maju), menyediakan analisis mengenai perkembangan terbaru, dan memberikan proyeksi untuk inflasi masa mendatang di Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.



Tabel Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2013-2017.


Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
2013
2014
2015
2016
2017
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Tidak/belum pernah sekolah
112,435
81,432
134,040
74,898
124,303
55,554
94,293
59,346
92,331
62,984
Tidak/belum tamat SD
523,400
489,152
610,574
389,550
603,194
371,542
557,418
384,069
546,897
404,435
SD
1,421,873
1,347,555
1,374,822
1,229,652
1,320,392
1,004,961
1,218,954
1,035,731
1,292,234
904,561
SLTP
1,821,429
1,689,643
1,693,203
1,566,838
1,650,387
1,373,919
1,313,815
1,294,483
1,281,240
1,274,417
SLTA Umum/SMU
1,874,799
1,925,660
1,893,509
1,962,786
1,762,411
2,280,029
1,546,699
1,950,626
1,552,894
1,910,829
SLTA Kejuruan/SMK
864,649
1,258,201
847,365
1,332,521
1,174,366
1,569,690
1,348,327
1,520,549
1,383,022
1,621,402
Akademi/Diploma
197,270
185,103
195,258
193,517
254,312
251,541
249,362
219,736
249,705
242,937
Universitas
425,042
434,185
398,298
495,143
565,402
653,586
695,304
567,235
606,939
618,758
Total
7,240,897
7,410,931
7,147,069
7,244,905
7,454,767
7,560,822
7,024,172
7,031,775
7,005,262
  7,005,262 


            Karakteristik tingkat inflasi yang tidak stabil di Indonesia menyebabkan deviasi yang lebih besar dibandingkan biasanya dari proyeksi inflasi tahunan oleh Bank Indonesia. Akibat dari ketidakjelasan inflasi semacam ini adalah terciptanya biaya-biaya ekonomi, seperti biaya peminjaman yang lebih tinggi di negara ini (domestik dan internasional) dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Saat rekam jejak yang baik mengenai mencapai target inflasi tahunan terbentuk, kredibilitas kebijakan moneter yang lebih besar akan mengikutinya. Namun, karena inflasi yang tidak stabil terutama disebabkan karena penyesuaian harga bahan bakar bersubsidi, kami memprediksi akan terjadi lebih sedikit deviasi antara target awal dan realisasi inflasi ke depan.

               Kurangnya kuantitas dan kualitas infrastruktur Indonesia  juga mengakibatkan biaya-biaya ekonomi yang tinggi. Hal ini menghambat konektivitas di negara kepulauan ini dan karenanya meningkatkan biaya transportasi untuk jasa dan produk (sehingga membuat biaya logistik tinggi dan membuat iklim investasi negara ini menjadi kurang menarik). Gangguan distribusi karena isu-isu yang berkaitan dengan infrastruktur sering dilaporkan dan membuat Pemerintah menyadari pentingnya berinvestasi untuk infrastruktur negara ini.

            Harga-harga bahan pangan sangat tidak stabil di Indonesia (rentan terhadap kondisi cuaca) dan kemudian meletakkan beban yang besar kepada rumah tangga-rumah tangga yang berada di bawah atau sedikit di atas garis kemiskinan. Rumah tangga-rumah tangga ini menghabiskan lebih dari setengah dari pendapatan yang bisa dibelanjakan mereka untuk makanan, terutama beras. Oleh karena itu, harga-harga makanan yang lebih tinggi menyebabkan inflasi keranjang kemiskinan yang serius yang mungkin meningkatkan persentase penduduk miskin. Panen-panen yang gagal dikombinasikan dengan reaksi lambat dari Pemerintah untuk menggantikan produk-priduk makanan lokal dengan impor adalah penyebab tekanan inflasi.

Tabel pertumbuhan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, 2005-2018.

Bulan
2005
2006
2007
2008
2009
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
Januari
118,53
1,43
138,72
1,36
147,41
1,04
158,26
1,77
113,78
-0,07
Februari
118,33
-0,17
139,53
0,58
148,32
0,62
159,29
0,65
114,02
0,21
Maret
120,59
1,91
139,57
0,03
148,67
0,24
160,81
0,95
114,27
0,22
April
121,00
0,34
139,64
0,05
148,43
-0,16
161,73
0,57
113,92
-0,31
Mei
121,25
0,21
140,16
0,37
148,58
0,1
164,01
1,41
113,97
0,04
Juni
121,86
0,5
140,79
0,45
148,92
0,23
110,08*)
2,46*)
114,1
0,11
Juli
122,81
0,78
141,42
0,45
149,99
0,72
111,59
1,37
114,61
0,45
Agustus
123,48
0,55
141,88
0,33
151,11
0,75
112,16
0,51
115,25
0,56
September
124,33
0,69
142,42
0,38
152,32
0,8
113,25
0,97
116,46
1,05
Oktober
135,15
8,7
143,65
0,86
153,53
0,79
113,76
0,45
116,68
0,19
November
136,92
1,31
144,14
0,34
153,81
0,18
113,9
0,12
116,65
-0,03
Desember
136,86
-0,04
145,89
1,21
155,5
1,1
113,86
-0,04
117,03
0,33
Tingkat Inflasi

17,11

6,6

6,59

11,06

2,78

Bulan
2010
2011
2012
2013
20142)
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
IHK

Januari
118,01
0,84
126,29
0,89
130,9
0,76
136,88
1,03
110,992)

Februari
118,36
0,3
126,46
0,13
130,96
0,05
137,91
0,75
111,28

Maret
118,19
-0,14
126,05
-0,32
131,05
0,07
138,78
0,63
111,37

April
118,37
0,15
125,66
-0,31
131,32
0,21
138,64
-0,1
111,35

Mei
118,71
0,29
125,81
0,12
131,41
0,07
138,6
-0,03
111,53

Juni
119,86
0,97
126,5
0,55
132,23
0,62
140,03
1,03
112,01

Juli
121,74
1,57
127,35
0,67
133,16
0,7
144,63
3,29
113,05

Agustus
122,67
0,76
128,54
0,93
134,43
0,95
146,25
1,12
113,58

September
123,21
0,44
128,89
0,27
134,45
0,01
145,74
-0,35
113,89

Oktober
123,29
0,06
128,74
-0,12
134,67
0,16
145,87
0,09
114,42

November
124,03
0,6
129,18
0,34
134,76
0,07
146,04
0,12
116,14

Desember
125,17
0,92
129,91
0,57
135,49
0,54
146,84
0,55
119

Tingkat Inflasi

6,96

3,79

4,3

8,38


  
Bulan
2015
2016
2017
2018
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
Januari
118,71
-0,24
123,62
0,51
127,94
0,97
132,10
0,62
Februari
118,28
-0,36
123,51
-0,09
128,24
0,23
132,32
0,17
Maret
118,48
0,17
123,75
0,19
128,22
-0,02


April
118,91
0,36
123,19
-0,45
128,33
0,09


Mei
119,50
0,50
123,48
0,24
128,83
0,39


Juni
120,14
0,54
124,29
0,66
129,72
0,69


Juli
121,26
0,93
125,15
0,69
130,00
0,22


Agustus
121,73
0,39
125,13
-0,02
129,91
-0,07


September
121,67
-0,05
125,41
0,22
130,08
0,13


Oktober
121,57
-0,08
125,59
0,14
130,09
0,01


November
121,82
0,21
126,18
0,47
130,35
0,2


Desember
122,99
0,96
126,71
0,42
131,28
0,71


Tingkat Inflasi

3,35

3,02

3,61

0,79
 

Pengangguran 

                Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

          Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu menambahkan banyak pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu mengurangi angka pengangguran nasional. Sektor-sektor yang terutama mengalami peningkatan tenaga kerja (sebagai pangsa dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa sementara sektor pertanian berkurang. Pada tahun 1980-an sekitar 55 persen populasi tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang pertanian, tetapi belakangan ini angka tersebut berkurang menjadi sekitar 40 persen.
               
                      Tabel di bawah ini memperlihatkan angka pengangguran di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Tabel tersebut menunjukkan penurunan yang terjadi secara perlahan dan berkelanjutan, khususnya angka pengangguran wanita. Pengangguran wanita berkurang secara drastis, bahkan mulai mendekati angka pengangguran pria. Meskipun demikian, masalah persamaan gender, seperti di negara-negara lain, masih menjadi isu penting di Indonesia. Meski sudah ada kemajuan dalam beberapa sektor utama (seperti pendidikan dan kesehatan), wanita masih cenderung bekerja di bidang informal (dua kali lebih banyak dari pria), mengerjakan pekerjaan tingkat rendah dan dibayar lebih rendah daripada pria yang melakukan pekerjaan yang sama.
  
             Salah satu karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran cukup tinggi yang dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari angka rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari universitas dan siswa sekolah kejuruan dan menengah mengalami kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional. Hampir setengah dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia hanya memiliki ijazah sekolah dasar saja. Semakin tinggi pendidikannya semakin rendah partisipasinya dalam kekuatan tenaga kerja Indonesia. Meskipun demikian dalam beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan tren: pangsa pemegang ijazah pendidikan tinggi semakin besar, dan pangsa pemegang ijazah pendidikan dasar semakin berkurang.

Kemiskinan 

              Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.

Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (Juta Orang)
Persentase Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
1970
n.a
n.a
70.00
n.a
n.a
60.00
n.a
n.a
1976
10.00
44.20
54.20
38.80
40.40
40.10
4 522
2 849
1978
8.30
38.90
47.20
30.80
33.40
33.30
4 969
2 981
1980
9.50
32.80
42.30
29.00
28.40
28.60
6 831
4 449
1981
9.30
31.30
40.60
28.10
26.50
26.90
9 777
5 877
1984
9.30
25.70
35.00
23.10
21.20
21.60
13 731
7 746
1987
9.70
20.30
30.00
20.10
16.10
17.40
17 381
10 294
1990
9.40
17.80
27.20
16.80
14.30
15.10
20 614
13 295
1993
8.70
17.20
25.90
13.40
13.80
13.70
27 905
18 244
1996
7.20
15.30
22.50
9.70
12.30
11.30
38 246
27 413
1996
9.42
24.59
34.01
13.39
19.78
17.47
42 032
31 366
1998
17.60
31.90
49.50
21.92
25.72
24.20
96 959
72 780
1999
15.64
32.33
47.97
19.41
26.03
23.43
92 409
74 272
2000
12.31
26.43
38.74
14.60
22.38
19.14
91 632
73 648
2001
8.60
29.27
37.87
9.79
24.84
18.41
100 011
80 382
2002
13.32
25.08
38.39
14.46
21.10
18.20
130 499
96 512
2003
12.26
25.08
37.34
13.57
20.23
17.42
138 803
105 888
2004
11.37
24.78
36.15
12.13
20.11
16.66
143 455
108 725
2005
12.40
22.70
35.10
11.68
19.98
15.97
165 565
117 365
2006
14.49
24.81
39.30
13.47
21.81
17.75
174 290
130 584
2007
13.56
23.61
37.17
12.52
20.37
16.58
187 942
146 837
2008
12.77
22.19
34.96
11.65
18.93
15.42
204 896
161 831
2009
11.91
20.62
32.53
10.72
17.35
14.15
222 123
179 835
2010
11.10
19.93
31.02
9.87
16.56
13.33
232 989
192 354
Maret 2011
11.05
18.97
30.02
9.23
15.72
12.49
253 016
213 395
September 2011
10.95
18.94
29.89
9.09
15.59
12.36
263 594
223 181
Maret 2012
10.65
18.49
29.13
8.78
15.12
11.96
267 408
229 226
September 2012
10.51
18.09
28.59
8.60
14.70
11.66
277 382
240 441
Maret 2013
10.33
17.74
28.07
8.39
14.32
11.37
289 042
253 273
September 2013
10.63
17.92
28.55
8.52
14.42
11.47
308 826
275 779
Maret 2014
10.51
17.77
28.28
8.34
14.17
11.25
318 514
286 097
September 2014
10.36
17.37
27.73
8.16
13.76
10.96
326 853
296 681
Maret 2015
10.65
17.94
28.59
8.29
14.21
11.22
342 541
317 881
September 2015
10.62
17.89
28.51
8.22
14.09
11.13
356 378
333 034
Maret 2016
10.34
17.67
28.01
7.79
14.11
10.86
364 527
343 647
September 2016
10.49
17.28
27.76
7.73
13.96
10.70
372 114
350 420
Maret 2017
10.67
17.10
27.77
7.72
13.93
10.64
385 621
361 496
September 2017
10.27
16.31
26.58
7.26
13.47
10.12
400 995
370 910
 
            Pada bulan Februari 1999, sebanyak 47,97 juta jiwa tergolong miskin, mewakili 23,43% populasi nasional.Namun, jumlah ini harus memperhitungkan pelemahan rupiah pada krisis finansial asia. Pada bulan Juli 2005, jumlah tersebut berkurang menjadi 35,10 juta, mewakili 15,97% dari populasi keseluruhan. Jumlah terbaru pada bulan Maret 2007,menunjukkan bahwa 37,17 juta jiwa berada di bawah garis kemiskinan mewakili 16,58% dari populasi keseluruhan.

             Berdasarkan laporan dari Bank Pembangunan Asia (ADB), penduduk nasional Indonesia pada tahun 2015 berjumlah 255,46 juta jiwa, 11,2% di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan nasional. Garis kemiskinan nasional Indonesia ditetapkan pada rata-rata pengeluaran Rp302.735 per kapita per bulan - sekitar Rp10.000 per hari. Ada juga perbedaan pada awal 2014, di mana 13,8% dari penduduk pedesaan tergolong miskin sementara penduduk perkotaan terdiri dari 8,2%. Ini berasal dari pekerjaan produktivitas rendah yang tersedia di negara sektor pertanian dan jasa low-end.
 
            Ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia hidup hampir di bawah garis kemiskinan. Laporan lebih anyar lagi di media di Indonesia menginformasikan bahwa sekitar seperempat jumlah penduduk Indonesia (sekitar 65 juta jiwa) hidup hanya sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional.



Referensi:
 





1 komentar:

  1. Buruan mampir disitus kami . Situs yang penuh hadiah dan gampang menangnya
    Dimana hadiahnya dapat dimenangnya hanya dengan mendaftarkan ID hoki anda & bermain
    disitus PELANGIQQASIA.COM
    Situs ini merupakan situs bergengsi yang mudah untuk dimainkan bahkan banjir hadiah jutaan rupiahnya
    Hanya dengan modal 25.000ribu rupiah saja , kamu sudah bisa bermain 8GAMES menarik kami :
    -Bandar66 (NEW)
    -BandarQ
    -Capsa susun
    -Poker
    -Sakong
    -Domino99
    -Aduq
    -Bandar poker
    Situs ini dilengkapi dengan LIVE CHAT 24jam & cs yang ramah
    JANGAN SAMPAI KETINGGALAN KESEMPATAN BESAR INI BOS ^^
    Buruan mampir disitus kami . Situs yang penuh hadiah dan gampang menangnya
    Dimana hadiahnya dapat dimenangnya hanya dengan mendaftarkan ID hoki anda & bermain

    BalasHapus

ENGLISH BUSINESS 2# | SESSION 4

Causative Verbs Page 7       1.        The doctor made the patient  stay  in bed.       2.        Mrs. Crane had her house  painte...